Minggu, 10 Mei 2015

1st Anniversary -TiRex-

Hi...
I seriously didn't know what should I say here.
Berhubung ini H-2 dan rencanaku tidak dipersiapkan dengan matang, jadi aku hanya akan mengungkapkannya disini.
Well, before I start this, I will say HAPPY 1ST ANNIVERSARY PACAR BAYANGANKU!!!!
[send 100.000.000.000 love emoji]
Oh, dan aku nggak pakai kata-kata puitis untuk mengungkapkan ini semua karena pacar bayanganku sangat tidak puitis.

Okay,
Uhm, di hari ke 365 ini aku mau bilang makasih yang banyak sama Rex Thomas Anderson (@Rex_T_Anderson) yang selalu bersedia meluangkan waktunya untuk seorang Laticha Ayana Fernandez a.k.a Laticha Galea Marissa (@latichagm) yang menyebalkan dan sangat labil ini. I know that was so hard to understood me dan selalu mengalah tentang apapun sama aku (mulai bercucuran air mata).

But afterall, aku yang nyebelin ini tetep sayangnya cuma sama kamu aja, Rex. Aku tahu banget banyak kabar nggak baik tentang aku, salah satunya adalah yang bilang aku satu owner sama teman-teman dekatku sendiri. How sucks. Beribu-ribu makasih banget dari aku untuk kamu yang selalu nyemangatin, sabar, mengalah, dan selalu memberi aku kesempatan untuk berubah (yang nggak berubah-berubah).

I know how you feel right now. Please jangan nangis karena aku tahu aku sangat romantis. What should I say for more? Terlalu banyak sampai aku nggak tahu harus mulai dari mana.

[Jeda dulu sebentar. Aku lagi mikir.]

Satu hal yang pasti sih, nggak nyangka banget kenalan yang cuma satu hari ini bisa bikin awet sampai satu tahun. Padahal kita berawal dari sama-sama ingin mencari orang lain, dan kita dipertemukan di Roleplayer pada di tanggal sebelum tanggal 11 Mei 2014. Dan yang paling penting adalah nggak adanya komunikasi beneran diantara kita selain via twitter (claps).

Kadang-kadang aku berpikir, kenapa kamu bisa bertahan sama aku yang (ehem) baperan, tukang ngambek, dan bosenan? Dan memang seharusnya aku tahu diri gitu waktu aku tahu kamu terlalu nuruti semua permintaan aku. Maaf kalau setahun ini aku cuma bisa bikin kesel daripada lebih banyak nyenengin kamunya.

I Love You so much, Rex Thomas Anderson.

Senin, 08 September 2014

Cinta Diam-Diam

Why all of yours made my heart thumped so hard and fell so hard at the same time when you look into me? Why did your eyes made me soooo confidence? Why your smile made my heart beated so fast? And how could you made me fell in love with you, meanwhile you had someone special in your life?

Dan aku nggak pernah tahu bagaimana bisa dia melihatku seolah dia menyimpan rasa tertarik padaku kemudian di waktu yang berbeda dia seolah menunjukan bahwa dia tidak suka?

Juga, bagaimana bisa mataku tidak ingin berhenti menatap setiap gerakan yang dia buat kemudian aku mulai buta karena keindahannya?

Rasanya aneh ketika dia mulai berinteraksi dengan teman perempuan yang lain sementara aku hanya bisa menatapnya dari jauh tanpa menyadari bahwa mood-ku benar-benar hancur melihatnya begitu.

Memangnya, jatuh cinta diam-diam se-menyakitkan ini, ya?

Tahu bahwa dia sudah memiliki kekasih juga rasanya bagai tertimpa batu besar. Sesak hingga tak mampu bernapas.

Adakah sesuatu yang mampu menghilangkannya?

Melupakan setiap jengkal keberadaannya dari hatiku?

Lantas jika dia akan ada disekitarku selama beberapa bulan ke depan, atau bahkan separuh dari masa remajaku, mampukah aku menghilangkan keberadaannya?

Atau jika saja aku berani memperjuangkan ini, waktu akan mencoba memberiku kesempatan?

Iba melihatku terlunta-lunta mencintainya, begitu?

Jika semua hanya ketertarikan sesaat, mengapa aku begitu menggilai dan merindukannya? (@dwitasaridwita)


Kamis, 03 Juli 2014

Aku Ingin Mencintaimu dan Melupakanmu dengan Sederhana

aku ingin mencintaimu dengan sederhana
seperti embun hinggap
di tepian daun dan tanah yang sabar menyambutnya jatuh

tapi, aku ingin melupakanmu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana
seperti mata yang berkedip
menyambut pagi, dan daun jendela
yang mengintip matahari

tapi, aku ingin melupakanmu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana seperti gerimis
pada jendela dan uap napasmu menulis nama : 'kita'

tapi, aku ingin melupakanmu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana
seperti waktu yang tak pernah berhenti dan senyummu
yang mengabadikannya

tapi, aku ingin melupakanmu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana
seperti sebuah peluk yang sebentar
dan satu kecup yang perlahan saja

tapi, aku ingin melupakanmu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana
seperti kata rindu yang ku ucap dan kau membalasnya
dengan, 'aku juga'

tapi, aku ingin melupakanmu

aku ingin melupakanmu dengan sederhana
sesederhana air mata yang mengalir
sesederhana genggaman tangan yang terlepas

tapi, aku ingin mencintaimu

Cinta. (baca cinta dengan titik) — Bernard Batubara

Jumat, 20 Juni 2014

Cinta


Ada yang mengatakan cinta merupakan wujud perpanjangan kasih sayang Tuhan untuk umat-Nya.
Namun justru disaat dua orang yang saling mencintai kotak-kotak pembeda menjadi hal yang bisa membuat dada sesak.

Seperti kata Bernard Batubara dalam  novel Surat Untuk Ruth :
Satu hal yang ingin kutanyakan padamu sejak lama, bagaimana mungkin kita saling jatuh cinta tapi ditakdirkan untuk tidak bersama? Aku dan kamu tidak bisa memaksa agar kebahagiaan berlangsung selama apa yang kita inginkan. Jika waktu telah usai dan perpisahan ini harus terjadi, apa yang harus kita lakukan? Masihkah ada waktu untuk kita bersama?

Ada yang percaya melalui kalimat Einstein : 
Bahwa selagi ada cinta, tidak perlu ada lagi pertanyaan. Jadi, lanjutkan.
Dan kata Shakespeare :
Toh, cinta sejati tidak akan pernah berjalan mulus.
Bukankah sejarah dunia menunjukan bahwa tidak ada romantika kehidupan jika tidak ada resiko?
Kata Mahatma Gandhi.

Jadi jika seseorang mengatakan bahwa ada seseorang di balik bukit sana yang menunggumu dengan setia; menghargai apa arti cinta, tempuhlah jalan mendaki dan jemput cintamu. Tetapi bersiaplah, karena hati bisa terjatuh dan terluka. Merobek malam, menoreh seribu duka dan sayap-sayap-pun patah. Retak hancur bagaikan serpihan cermin. Berserakan, bercampur-baur dengan debu. Patah tertusuk duri tajam. Dan kita hanya bisa meratap menggapai-gapai sebuah pegangan.

Begitulah cinta karena resikonya pahit mengancam. Tapi jika-pun jadi melangkah bersama, ingatlah bahwa semua belum selesai. Karena memilih itu mudah, bertahan-lah yang paling susah. Karena pada awalnya, semua orang bangga pada pilihannya namun pada akhirnya, tidak semua orang setia pada pilihannya.

Jadi, yang telah berhasil dan setia pada pilihannya, ingat! ada yang lebih tidak mudah :
Bertahan pada pilihan.
Sementara  yang kandas, ingat satu hal :
Ajarkan bibirmu untuk tidak mencemooh. Karena bibir dibuat untuk mencium, bukannya menghina orang yang pernah kau cinta. Karena jika cinta digariskan, orang yang terpisah-pun bisa disatukan kembali.

Because true love never ends
"Cinta sejati takkan pernah berakhir" 

Minggu, 23 Maret 2014

Between 2 Hearts



Kata orang, hal paling sulit adalah ketika kamu berada dalam situasi dimana kamu terjebak diantara dua hati. Disaat kamu harus memilih antara orang yang kamu sayang atau orang yang menyayangimu. Orang bilang, kamu cukup memilih siapa yang berkemungkinan akan berkorban banyak hal untukmu, namun aku tak se-istimewa itu.

Ada yang bilang, pilih orang yang membuat kamu nyaman, namun jika setiap nyaman diartikan sebagai rasa cinta, apakah tidak terlalu naïf? Atau, buat orang yang kamu sayang mencintaimu balik, namun apakah aku sanggup menyakiti orang yang telah berkorban banyak hal untukku bahkan sebelum aku sempat membalasnya?

Benar, memang sulit terjebak didalam situasi seperti ini. Rasanya seperti harus memilih antara hal yang kamu suka dan hal yang menarik. Bagaimana jika hal yang kusuka malah justru jadi hal paling membosankan karena terlalu disukai? Bagaimana jika hal yang kuanggap menarik justru tidak semenarik kelihatannya?

Terlalu sering jatuh cinta, membuat siapapun bingung menentukan perasaan sesungguhnya. Mana yang benar-benar disukai, mana yang hanya kelihatan menarik. Seperti memilih jawaban pada lembar soal Bahasa Indonesia, serupa tapi tak sama.

Keduanya berteman, satu tongkrongan dan kami bertiga ditempatkan pada satu kelas yang sama tiga tahun lalu. Aku ilalang, dan mereka berdua seperti bunga mawar. Kami tak saling membenci, namun tak begitu dekat. Mereka mawar liar yang dicintai dan aku hanya ilalang yang berteman dengan teman-teman ilalang-ku. Aku mengagumi satu mawar liar yang pesonanya menguar jauh lebih kuat. Tapi mawar itu sepertinya juga tak ingin melihat ke arahku.

Pernah satu kali, teman-teman ilalang-ku berkata bahwa mawar itu suka padaku. Dia sering memperhatikanku, namun jarang tersenyum—bahkan tak pernah. Mungkin memang mawar yang itu jatuh cinta padaku dan tak berani mengatakannya—atau memang tak ingin.

Tahun kedua, Mawar itu sekelas denganku. Lalu mawar lain pergi. Di tahun ini sulit, karena ia dan teman-teman mawarnya membenciku. Ilalang yang jelek dan tak memiliki keindahan yang berarti. Dan ditahun itu juga, perasaan illang hilang, pergi bersama kebencian mawar itu dan teman-temannya. Lalu mawar yang lain menghiburku—sebagai teman.

Tahun ketiga, mawar lain berada dalam satu ruangan dengaku. Bersama teman mawarnya yang paling cantik. Entah bagaimana caranya, mawar yang lain itu mengambil perhatian ilalang yang masih sedikit terpaku dengan mawar satunya. Mawar yang lain itu selalu hadir, memindahkan segala perasaan ilalang padanya.

Katanya, first love never dies. Aku percaya, karena mawar satunya tidak pernah benar-benar hilang dari ingatanku meski mawar yang lain menguasai sebagian. Aku tahu masih ada perasaan berdebar saat melihatnya, masih ada rona merah seperti blush on di pipiku saat menatapnya, dan masih ada sipuan malu ketika mata kami bertemu.

Ini tentang perbedaan rasa yang dirasakan oleh ilalang pada dua mawar yang berbeda, dan aku tak menyangkal. Mawar-mawar itu membuat aku susah memilih, kepada siapa perasaan itu akan aku tanam sedalam-dalamnya dan tumbuh menjadi sesuatu yang indah. Karena mereka berbeda dan mereka istimewa dimataku.

Mawar yang tak pernah menunjukan perasaannya, atau mawar yang berkorban banyak hal untuk ilalang tidak cantik ini?

Kamis, 27 Februari 2014

A Day

Satu hari dalam hidupku, aku merasakan bagaimana aku bisa jatuh cinta lagi pada seseorang. Dan itu kamu. Meski aku percaya pada love at first sight, namun kenyataannya tidak seindah itu. Bagiku, butuh beberapa hari—atau bahkan minggu untuk menyadari bahwa sesungguhnya aku memang jatuh cinta padamu. Butuh beberapa hari untuk menyadari bahwa mencintaimu berarti sama dengan membiarkan aku berbagi dengan kekasihmu yang sebenarnya.

Aku tahu, malam itu sempurna ketika aku berkenalan dengan kamu tanpa menghilangkan kesadaran bahwa mungkin saja pertemuan ini hanyalah pertemuan pertama dan terakhir untuk kita. Who knows?

Dan beberapa hari setelahnya aku sadar bahwa hubungan ini akan terjalin lamaaaa sekali. Tapi aku tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan—mencintaimu atau tidak. Karena beberapa hari kemudian kutemukan kamu telah berpasangan. Well, jujur saja hatiku terasa kebas dan tidak peduli. Toh, kita hanya berteman kan?

Bahkan di dalam hatiku tidak pernah terbesit sedikitpun perasaan cinta atau apapun that you wanted to called. Karena aku tahu hubungan ini akan baik-baik saja tanpa melihat kenyataan bahwa kamu telah memiliki kekasih. Dan dari situ aku mulai percaya bahwa aku dan kamu—kita—akan baik-baik saja.

Aku tidak pernah tahu bahwa ternyata hatiku jauh dari kesan kuat. Karena tepat pada hari itu, aku jatuh cinta padamu dalam artian sesungguhnya. Tepat di hari pertama aku memperlihatkan air mataku untukmu, memintamu berjanji bahwa kau tidak akan meninggalkanku. Dan di hari itu, kamu berjanji.

Aku memiliki caraku sendiri untuk mengatasi rasa cemburu. Dan aku memiliki caraku sendiri untuk bertahan meski hanya menjadi orang ketiga. Jahatkah aku? Ya. Karena bagiku, mencintai berarti memiliki. Mencintai berarti melihatmu bahagia bersamaku. Bukan dengan orang lain. Begitu, kan maksudmu?

Pernah sekali dalam hidupku, aku ingin menyerah atas hubungan ini. Aku ingin membuang sisa-sisa harapan yang hanya berujung sakit. Dan kamu, seolah tak ingin membuang keegoisanmu, memintaku untuk tinggal dan jangan pernah berpikiran untuk menyerah. Seandainya kamu tahu, hari itu juga aku merasa kamu menjadi kelemahanku.

Sejak saat itu aku mencoba bertahan, mencoba menahan dan mencoba mengatasi. Bertahan untuk hubungan ini, menahan perasaan apapun yang bisa saja membuatku menyerah dan mengatasi segala perasaan yang membuatku mengakui bahwa aku mencintaimu sepenuh hatiku dan rela memberikan apapun untukmu saat itu juga.

Namun, setiap tekad ada batas kemampuan. Hingga aku tidak tahan lagi untuk mengakhiri semuanya. Untuk mengakhiri air mata yang terus mengalir dan hubungan yang tak pernah direstui oleh siapapun termasuk Tuhan. Ingat, ini kasus perselingkuhan. Ya,kan?

Satu tahun seperti belum cukup untuk menyadari bahwa sesungguhnya akulah yang kamu butuhkan untuk tetap ada disini, didunia ini. Dimana aku yang selalu berjuang keras untuk menahan perasaanku. Dimana aku yang selalu mencoba mempertahankan perasaan ini. Sekalipun kamu tak akan pernah mengerti.

Disaat dia yang berhak mencoba menghancurkan aku dan pada akhirnya aku mencoba mengalah, kamu hanya menyalahkan aku. Berkata bahwa jika aku memang mencintaimu kenapa tidak aku tunjukkan bahwa aku benar-benar ingin mempertahankan semuanya. Dear, seandainya kamu jadi aku, kamu akan melakukan hal yang sama.

+++

Satu hari dalam hidupmu, kamu mematahkan janjimu sendiri. Kamu meninggalkan aku dan tidak pernah kembali. Kamu juga meninggalkan dia yang begitu tegas merebutmu dariku. Tanpa pesan apapun, tanpa kode apapun.

Aku mengerti bahwa sepenuhnya kesalahan bukan hanya padamu. Tapi aku yang disaat terakhir terasa seperti mengabaikanmu. Aku mengerti bahwa kamu merasa lelah dengan hidup yang kamu jalani, merasa ingin pergi dari hidupmu sendiri. Aku mengerti kenapa tak pernah ada pesan yang sampai untukku dihari kepergianmu. Aku mengerti bahwa kamu tidak ingin ditahan lagi.

Banyak hal yang aku sesali, termasuk kepergianmu. Karena dengan ini, satu paket penuh sesal yang aku genggam. Di hari ulangtahunmu yang terakhir, di hari pertemuan kita yang selalu terjalin, dan hari dimana seseorang telah mengumumkan kepergianmu. Sampai di hari itu aku menyesali semuanya.

Kenapa saja tidak kukatakan dari dulu bahwa aku masih mencintaimu? 

~~~

Cc : B.A.P
27 Februari, 2014 at 23:52

Minggu, 16 Februari 2014

A Fragile Heart

Kesempatan kedua memang selalu ada
Untuk mereka yang benar-benar ingin mengulangnya
Namun, ketika si pemberi kesempatan itu justru hanya bermain-main
Apa yang harus dilakukan?
 
 Lalu kau seperti ingin bermain-main saja dengan perasaanku
Yang tak pernah bisa berhenti mencintaimu
Dan kau membuat harapan ini runtuh dalam sekejap
Membuatnya dalam sekejap (lagi)
 
Terkadang aku ingin menjadi seseorang tanpa perasaan saja
Agar aku juga bisa mempermainkanmu sesuka hatiku
Tanpa merasa bersalah.
Aku-tidak-bisa
 
Entah untuk yang keberapa kali aku meminta tak langsung
Memberimu semacam kode yang sepertinya kau tanggapi dengan baik
Lalu seolah-olah kau tak peduli di satu waktu
Lalu kau seolah-olah tak menangkapnya
 
Tanpa sadar, jemari tak kasat mata milikmu menyentuh-nya
Dinding hati yang tak pernah kau tau ternyata begitu rapuh
 
Kau tak pernah tau bahwa dinding hati-ku telah hancur
Menciptakan serpihan-serpihan yang hanya mengotori lantai jiwa
Kau tak pernah tau ada yang menangis didalamnya
Yang tanpa sadar telah menjadi perekat antara serpihan dan lantai
 
Bahwa untukmu, bermain denganku cukup
Tak perlu memikirkan bahwa aku jatuh cinta begitu dalam
Untukmu, melihatku disaat kau sedang membutuhkan cukup
Tanpa tau ada harapan yang tumbuh layaknya tumbuhan hidup
 
Kau boleh mencintai orang lain, menurutmu
Tanpa pernah merasakan bahwa aku, cemburu
Kau boleh mencium orang lain, menurutmu
Tanpa pernah peka bahwa aku tak pernah melakukannya selain dengamu
Kau juga boleh menikmati tubuh yang lain, menurutmu
Tanpa peduli bahwa ada yang tak rela
 
Lalu aku takut mencintai orang lain
Merasa bahwa kamu pasti akan marah
Aku takut mencium orang lain
Karena memang aku tak mengizinkan orang lain memagutnya
Aku takut dinikmati oleh orang lain
Karena akupun juga tak pernah rela ada yang menyentuhnya selain kau
 
Sedikit saja aku ingin memakai akal sehatku untuk mencintaimu
Menciptakan keterbatasan ruang dalam melakukannya
Menciptakan batasan-batasan hati
 
Aku juga ingin sekali saja memalsukan seluruh perasaanku
Untukmu
 
Selayaknya gembok gembok pada pagar sungai Seine atau Namsan Tower
Sebaliknya, aku ingin mengunci perasaanku dan membuangnya
Bukan menyimpannya