Senin, 26 Desember 2011

3rd Month Anniversary


Masih dibawah langit yang sama dan masih dalam lindungan Tuhan yang sama. Kadang aku berpikir kenapa aku merasa berbeda setiap malam dan setiap pagi. Padahal semua sama. 



Pagi menjelang siang. 


Siang menjelang sore. 

Sore menjelang malam. 

Malam menjelang pagi lagi. 

Tidak ada yang berubah. Akupun tetap seperti ini. Keluargaku juga masih yang itu. Mamaku masih dia. Papaku juga masih dia. Ayah dan Bundaku pun masih mereka. Adikku tetap sama. Mita, Audri dan Hanny. Aku tetap di Jakarta. 

Sekolahku, teman-temanku, guru dan sahabat-sahabatku masih sama. Setiap kali pergi ke rumah Mama dan Papa, jalan yang kulalui tetap sama. 3 halte dari sekolahku. Pulang kerumah, yang kutemui tetap saja Eyangku yang meskipun sudah berkepala 6 tetap suka jalan-jalan ke luar negeri. Tiap kali pulang ke Bogor pun kendaraan yang kulali tetap sama. 

Tapi kenapa aku merasa sangat berbeda? Merasa sangat kehilangan? Padahal tak ada satupun dari mereka yang meninggalkan aku. Mereka tetap disampingku. Tertawa bersamaku dan bicara serius denganku. 

Kadang aku teringat soal pagi yang selalu kulalui. 1 bulan lebih pagi itu selalu indah. Aku selalu tersenyum setiap kali melalui pagi itu. Setiap kali aku menatap jalanan yang seharusnya terlihat menjengkelkan, aku malah tersenyum. Aku sibuk dengan duniaku pada pagi itu. 

Tidak hanya pada sebuah pagi. Tapi juga siang yang menjelang sore. Setiap kali keluar dari gerbang sekolah. Duduk di bagian depan angkutan umum yang aku tumpangi dan tersenyum. Membayangkan dan merasakan siang menjelang sore yang sejuk itu. Kadang terasa panas dan menyebalkan. Tapi entahlah, semua itu tak terasa. 

Ketika sampai dirumah, membuka pintu pagar, melewati garasi mobil, membuka pintu pagar menuju taman dan barulah aku sampai di pintu utama rumah eyangku. Yang didalamnya hanya terdapat eyangku seorang yang menunggu aku pulang. Menyambutku sambil sesekali meledekku. Lagi-lagi semua itu tak lepas dari senyum. 

Menjelang malam, salat yang selalu aku amalkan itu rasanya jadi menyenangkan juga. Belajar yang kulakukan demi mendapat universitas kedokteran pun terasa menyenangkan. Kimia yang aku sukai semakin menyenangkan saja. 

Selama 1 bulan lebih, perasaan hangat selalu menyelimutiku. Pagi, siang, sore dan malam. Hatiku selalu penuh dengan rasa bahagia dan senyum tak pernah lepas dari wajahku. 

Hal inipun menyebar ke orang-orang sekitarku. They are smiling everyday with me. So fun! Tertawa bersama mereka, berjalan beriringan sambil melemparkan canda. 

1 bulan saja. Dan sekarang aku tau dimana perbedaannya. Sangat amat berbeda. Setelah satu bulan itu, semuanya berbeda. Aku tak lagi tersenyum ketika pagi datang. Aku tak lagi tertawa bersama teman-temanku. Aku tak lagi merasakan siang yang panas itu menjadi sejuk. Aku tak lagi belajar dengan nyaman. Salat yang selalu aku lakukan terasa hambar dan tidak khusyu. Kimia? Menjadi tak sedap untuk dipandang. 

Terkadang aku berpikir kalau semua ini adalah salahku. Salah aku yang terlalu egois. Salahku yang terlalu mencintai dia. 

Ah, dia. Seseorang yang tak pernah aku sebut namanya sejak awal. Bahkan sekedar menyebut dengan kata ganti 'dia' saja tidak. Mungkin karena luka itu masih membekas. 

Hari ini. Tepat 3 bulan aku mencoba melupakan segalanya. Tentang 1 bulan yang singkat itu dan tentang cinta yang seharusnya aku tau sangat berbahaya. Aku harap cukup aku saja yang mendapatkan sakitnya tanpa kutularkan pada orang lain. Jika aku bahagia, mereka boleh ikut bahagia. Tapi jika aku merasakan sakit, biarkan aku sendiri yang menanggung bebannya. 

Bulan ke-3 yang seharusnya aku tau aku bisa. Bulan ke-3 yang seharusnya aku tau aku mampu. Tapi aku tidak tau kalau dibulan ke-3 ini semua terasa sangat menyakitkan. Semua terasa seperti sebuah sesal. 

Pagi-pagi yang indah tidak ada lagi. Siang dan sore yang penuh senyumpun tiada. Lagi-lagi karena dia. Lagi-lagi dia. 

Kenapa dia mencintai orang lain disaat aku mulai merasa bahwa aku mencintai dia? Kenapa dia meninggalkan aku disaat aku punya harapan bahwa dia takkan meninggalkanku? Kenapa dia memberiku harapan disaat aku berkata bahwa aku mampu melupakannya? 

Setiap malam aku menangis. Berharap tangisan itu bisa mengembalikan semuanya dari awal. Berharap tangisan itu bisa mengembalikan dia. Berharap tangisan itu bisa membuat orang lain itu melepaskan dia demi aku. Berharap tangisan itu bisa membuat keduanya retak. 

Tidak. Aku tahu bahwa tangisan takkan merubah segalanya. Dia keluar dari sebuah mata dan terjatuh begitu saja tanpa guna. Aku kadang berpikir, setiap air mataku jatuh, setiap butiran air mata itu pecah ditanah, apakah itu sakit? 

Entahlah. Karena aku merasa sakit setiap kali terjatuh. 

Butiran-butiran itu pecah tak berbentuk. Bahkan tak terlihat lagi. Sakitkah? Merasa seluruh tubuhmu tak bisa bergerak? 

Entahlah. Karena aku tak pernah terpecah. Aku selalu mencoba untuk berdiri lagi dan lagi. Mencoba menyambungkan seluruh kekuatanku dan mencoba bangkit kembali. 

Bangkit yang kulakukan disertai dengan keyakinan yang kuat bahwa dia akan mencintaiku lagi seperti dulu. Tersenyum dan tertawa bersamaku seperti dulu. Memelukku, mencium dan menyentuhku seperti saat kami masih bersama. 

Sadar. Setelah bulan ke-3 ini, dia sama sekali tidak menunjukkan bahwa dia akan mencintaiku lagi kecuali memberikan harapan-harapan yang aku yakin palsu sama sekali. 

Aku pikir setelah menyadari itu semua, aku akan berhenti mencintainya dan berbalik membencinya. And actually, I was wrong. Aku sangat menyayangi dia dan aku tau aku takkan pernah bisa melupakan dia, jauh dari dia bahkan sampai membencinya. 

Aku lebih memilih tidak bertemu dengan orang lain yang dia cintai itu daripada aku harus menjauhi dia. Aku takkan pernah bisa menjauhi dia. Rasanya sakit. Seperti kehilangan. 

Aku tau tidak seharusnya aku bersikap seperti itu. Berlebihan. Tapi bagaimana? Aku tak sanggup. 

Bulan ke-3. Rasa sakitnya bertambah besar dan rasanya aku seperti mau runtuh. Mau hilang. Aku sadar aku lelah menunggu. Sadar jika aku terlalu rapuh untuk menghadapi semuanya. Sadar jika aku terlalu lemah untuk menerima kenyataannya. Kenyataan yang terlampau pahit. 

Aku ingin kembali seperti dulu. Menjadi aku yang dulu. Dulu sebelum mengenal dia dan dia yang lain. Dulu sebelum aku mengerti apa yang namanya cinta. Dulu sebelum aku mengerti kenapa sakit itu ada. Dulu sebelum aku mengerti kenapa aku butuh cinta. Dulu sebelum aku tau bahwa cinta itu sangat amat menyakitkan. Dan dulu sebelum aku rasa kalau aku mencintainya. 

Berdiri sendiri untuk 1 bulan kedepan dan depannya lagi rasanya aku tak sanggup. Karena aku sadar dan aku tau. Dia sama sekali takkan pernah mau mencoba untuk mencintaiku lagi untuk 1 bulan kedepan dan depannya lagi. 

Aku manusia. Aku perempuan dan perempuan memiliki hati yang terlalu lembut. Aku manusia biasa. Rasakan cinta, rasakan sakit dan rasakan benci. Aku manusia sederhana. Jatuh cinta dan Patah hati. Aku manusia lemah. Tersakiti dan langsung terjatuh. 

Seandainya kau tau, hingga hari ini aku masih berharap..

Minggu, 25 Desember 2011

Confession Countdown -JinyoungRirie-


Author : Kim Hyo Ra 


Tittle : Confession Countdown 


Genre : Romance 


Cast : 
Jung Jinyoung (B1A4) 
Song Ah Ri (Ulzzang) 
Kang Jiyoung (KARA



Other Cast : 
Hong Younggi (Ulzzang) 
Shik Gongchan (B1A4) 
Kim Taeyeon (SNSD) 
Cho Kyuhyun (Super Junior) 
Choi Sooyoung (SNSD) 



Disclaimer : 
JinRie couple milik Author dan 'BlahBlah'. Sisanya ambil aja (?) #plak xDD 

SNSD Christmas Photo

SNSD



Add caption









Taeyeon

Rabu, 21 Desember 2011

The Boys's Album Lyrics

The Boys's Album Lyrics

T-Ara - Cry Cry



Hey, T-ARA
saebbal gan jangmi cheoreom
gashi gateun mallo nal jjireun neo, Oh Oh

neon machi munshin cheoreom
ji uryeo halsu rok gip ge paeyeo, Uh Uh
Cry Cry Can’t you see the music?
bulkkok cheoreom
tteugeob ge
You are my boy
Baby can’t you see that look in my eyes?
seulpeum e bbajin nae du nuneul bwa, Oh Oh

bulgeun taeyang boda deo tteugeob ge
sarang haetdeon nareul ullijima, Ah Ah
Let’s go
Break it! Come on Come on Yo
Make it! Come on Come on Yo
Take it! Come on Come on Come on
nan jungdok dwen geot cheoreom
geuriwo hago tto geuriwo hae

neon machi gamok cheoreom
ni ane nal gadwo beoryeot na bwa, Uh Uh
Cry Cry Can’t you see the music?
bulkkok cheoreom
tteugeob ge
You are my boy
Baby can’t you see that look in my eyes?
seulpeum e bbajin nae du nuneul bwa, Oh Oh

bulgeun taeyang boda deo tteugeob ge
sarang haetdeon nareul ullijima, Ah Ah
Let’s go
Uh Uh, Yeah
Let’s dance
Deep in your eyes
Baby can’t you see that look in my eyes?
seulpeum e bbajin nae du nuneul bwa, Oh Oh

bulgeun taeyang boda deo tteugeob ge
sarang haetdeon nareul ullijima, Ah Ah
jebal nareul tteona kaji mara
dora ondan ni mal midji anha, Oh Oh

bulgeun taeyang boda deo tteugeob ge
sarang haetdeon nareul ullijima, Ah Ah
Let’s go
Break it! Come on Come on Yo
Make it! Come on Come on Yo
Take it! Come on Come on Come on
T-ARA Time to love, shh!

Translation :

Hey T-ARA
Like a red rose, you pierced me with thorn-like words
Uh uh uh
Like a tattoo, you carve in deeper the more I try to forget you
*Cry cry, can’t you see the music
Hot like fire, you’re ma boy
Baby can’t you see that look at my eyes
Look at my eyes that are in sorrow, uh uh
Hotter than the red sun, you loved me, don’t make me cry
Ah ah, let’s go
Break it Come on Come on Yo
Make it Come on Come on Yo
Take it Come on Come on Come on
Like an addiction, I miss and miss you again
Like a prison, you must have imprisoned me in you, uh uh
Uh Uh Yeah Let’s go
Uh Uh Yeah Let’s dance
Deep in your eyes
Baby can`t you see that look at my eyes
Look at my eyes that are in sorrow, uh uh
Hotter than the red sun, you loved me, don’t make me cry
Ah Ah, please don’t leave me
I don’t believe that you’re gonna come back, uh uh
Hotter than the red sun, you loved me, don’t make me cry
Let’s go
Break it Come on Come on Yo
Make it Come on Come on Yo
Take it Come on Come on Come on
T-ARA Time to love, shh

Kamis, 28 April 2011

[OneShoot] This Feel…




Author: Annisa Yesung Sooyoung (Choi Ri Rin)
Cast: Sooyoung (SNSD). Key (SHINee)
Other Cast: Tiffany (SNSD), Jinki-Onew (SHINee), Taemin (SHINee)
Length: Oneshoot
Genre: Temukan sendiri

Senin, 11 April 2011

Saranghae, Kyu...


Saranghae, Kyu...


Nama gadis itu Kwon Yuri. Sudah beberapa hari ini gadis itu ada di rumah sakit ini. Rumah sakit ternama di Seoul. Wajah gadis itu pucat. Setiap hari hanya memandang sebuah kolam ditaman rumah sakit. Tak ada yang menjenguknya. Orang tuanya sibuk. Pacarnya tak pernah terlihat. Entahlah. Mungkin malu memiliki pacar seperti itu.

Gadis itu kerap kali terlihat menulis disebuah diary. Diary berwarna putih bersih. Ditengahnya tertulis sebuah nama: Kwon Yuri. Ah, apa sehari-harinya gadis itu hanya ditemani oleh sebuah buku diary kecil? Apa gadis itu tak punya teman bermain? Malang sekali. Seandainya ada yang bisa menemaninya...

Ajaib! Seorang pria tertarik padanya karena melihatnya duduk sendirian disebuah taman dan menulis diarynya. Ah, nama pria itu Kyuhyun. Cho Kyuhyun. Ia tampan. Sangat tampan. Mungkin jika tubuhnya tidak lemah, Yuri akan segera melonjak kesenangan karena didatangi oleh seorang pangeran.

Tidak. Bagaimana gadis itu mau melonjak? Memberi reaksi saja tidak pada Kyuhyun yang sedang mencoba bersikap ramah padanya. Ia tetap diam dan memandang sebuah kolam dihadapannya. Seolah ia tak melihat Kyuhyun disampingnya. Atau, dia hanya berpura-pura? Tidak. Tidak mungkin! Wajah gadis itu penuh dengan kejujuran. Takkan ada yang percaya jika dia pernah berbohong.

Kyuhyun tak menyerah sampai situ. Ia tetap berusaha mendekati Yuri. Meskipun gadis itu tak meresponsnya. Ia berusaha menghibur gadis itu sampai ia benar-benar merasa lelah. Tetap tak ada respons. Kyuhyun benar-benar bingung. Gadis ini bisu atau apa?

Hari demi hari berlalu. Kyuhyun semakin gencar memberikan hiburan untuk Yuri. Gadis itu tetap tak merespons. Sampai hari ini. Kyuhyun menyerah. Ia akan kembali besok dan menunjukkan sesuatu yang akan membuat gadis itu tersenyum.

Kyuhyun benar-benar kembali esok harinya. Ia membawa sebuah peralatan untuk melukis. Ah, lebih tepatnya ia membawa kanvas. Kanvas itu ditutupi oleh sehelai kain berwarna putih. Ia membawanya kehadapan Yuri. Mungkin kali ini usahanya berhasil. Yuri menoleh dan menatap kanvas itu. Penasaran.

" Hei, aku bawa ini untukmu. Sepertinya kau akan suka. Tapi, aku tak yakin. Gambarku buruk sekali." Kyuhyun merendahkan dirinya. Yuri tidak merespons. Ia malah menatap kanvas itu dengan tatapan bingung. " Bukalah. Aku tahu kau ingin melihatnya." Kyuhyun mempersilahkan.

Yuri perlahan-lahan membuka kain yang menutupi kanvas tersebut. Sedikit demi sedikit, mulai terlihat gambar dikanvas tersebut. Dan Yuri takjub melihat gambar itu. Cantik sekali. Ia tak pernah menemui orang yang begitu perhatian padanya. Ia mulai berpikir, sebenarnya pria dihadapannya ini siapa? Kenapa ia begitu perhatian padanya?

" Aku tahu kau akan menganggapku tak mengerti seni!" oceh Kyuhyun. Yuri tersenyum. " Wae? Kenapa kau tersenyum? Ada yang lucu?" tanya Kyuhyun.

Yuri tertawa kecil. " Kau. Kau yang lucu." jawab Yuri. Kyuhyun tercengang. Gadis ini terlihat lebih manis jika tersenyum. " Wae? Aku mengatakan hal yang sudah menyinggung ucapanmu?" tanya Yuri khawatir.

" Kau sangat manis." ucap Kyuhyun tanpa sadar. Yuri terdiam beberapa saat. Pasti wajahnya sudah semerah goguma sekarang. Ah, kenapa pria ini begitu menarik? Kenapa dia menyebutku manis? Mungkin itu yang ada dibenak Yuri sekarang.

" Kau ini bicara apa?! Tolong jangan membuatku takut!" omel Yuri menyembunyikan kegugupan akibat perbuatan Kyuhyun.

" Mian. Aku, aku tak bermaksud untuk bicara seperti itu..." ucap Kyuhyun merasa bersalah. Yuri tertawa. Tawanya begitu lepas. Siapapun takkan mau melewatkan tawa indah ini. Termasuk Kyuhyun. Gadis ini memikat hatinya.

^^

Hari-hari Yuri kini lebih terasa dengan hadirnya Kyuhyun. Ia lebih merasa bahagia dengan pria itu. Baru kali ini ia merasakan perasaan bahagia seperti ini. Kyuhyun selalu membuatnya tersenyum. Tingkah Kyuhyun yang lucu membuat dirinya merasa nyaman dengan Kyuhyun. Pria itu...

" Annyeonghaseo, Yuri!!!" sapa Kyuhyun ketika Yuri sedang menatap kolam ikan dihadapannya. Yuri hanya tersenyum melihat Kyuhyun. Ia sedang tak ingin bercanda. Kyuhyun bingung dengan sikap Yuri. Ada apa dengan gadis ini? Kenapa dia diam saja? Apa dia sedang ada masalah? Kyuhyun terus bertanya dalam hatinya.

" Kyu, aku bosan." ungkap Yuri sambil menyandarkan kepalanya dibahu Kyuhyun. Kyuhyun mengangguk. Ia bisa mengerti betapa bosannya Yuri berada didalam rumah sakit ini. Ia tidak boleh kemana-mana. Ia sakit dan harus berada di sekitar rumah sakit. Seandainya ia jadi Yuri...

" Bisakah kau ajak aku ketempat yang indah? Mmm, seperti... pantai! Aku ingin kepantai, Kyu!" kata Yuri bersemangat. Kyuhyun agak bingung. Bolehkah Yuri keluar dari rumah sakit? " Ayolah Kyu. Aku bosan. Hanya sebentar..." pinta Yuri. Kyuhyun tak mampu menolak. Gadis ini benar-benar sudah menghipnotisnya.

^^

Pantai memang indah pada sore hari. Apalagi tak banyak orang dipantai itu. Pantai yang terlihat bersih. Yuri senang sekali. Baru kali ini ia menikmati suasana pantai. Karena kondisi tubuhnya, Yuri tak pernah sempat pergi kemana-mana. Ia terlalu lemah.

Kyuhyun tersenyum melihat Yuri dengan riangnya menari-nari diatas pasir. Yuri terlihat lebih ceria dibanding sebelumnya. Ah, seandainya saja dia tidak sakit... Ucap Kyuhyun dalam hati. Ya, semua orang yang menyayanginya pasti berharap seperti itu. Tapi sayang. Harapan tinggal harapan.

Yuri berdiri dibibir laut. Ia dapat merasakan ombak-ombak kecil menerpa kakinya. Dingin. Dan itu sangat membuatnya bahagia. Yuri merentangkan tangannya dan menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Sejuk. Tidak seperti di rumah sakit yang seperti itu saja. Tak ada berubahnya.

Tuhan, bisakah membuat gadis itu tersenyum selamanya? Aku tak ingin melihat gadis itu menderita. Aku ingin dia begitu terus. Aku ingin dia terus tersenyum. Ah, andai aku bisa... pinta Kyuhyun dalam hati. Ia menatap Yuri. Gadis itu sedang merentangkan tangannya. Merasakan udara.

Yuri menghampiri Kyuhyun yang sepertinya sedang memandangnya. Hhh, mata itu begitu teduh. Membuat Yuri ingin membalas tatapannya. Diam-diam, ia meminta. Tuhan, bisakah buat aku terus berada disampingnya? Aku ingin membuatnya tersenyum dengan hadirku setiap hari. Tapi, apa dia merasakan hal yang sama denganku?

Ada keinginan besar untuk mengelus rambut panjang gadis dihadapannya itu. Sangat besar. Ia ingin sekali memeluk gadis itu. Entah kenapa, ia merasa, ini pertemuan terakhir mereka. Entah kenapa, ia merasa, besok Yuri sudah akan pergi meninggalkannya. Negative thinking. Selalu saja begitu.

Entah ada dorongan apa yang membuat Kyuhyun memeluk gadis manis dihadapannya. Keinginan itu sangat besar. Ia memeluk Yuri seolah ia takut kehilangan Yuri. Tapi itu tidak bohong! Dia benar-benar takut kehilangan Yuri. Ia tahu ini masuk akal. Tapi sepertinya firasat itu begitu kuat...

^^

Tidak. Yuri memang tidak meninggalkannya. Tapi ia seolah menghilang. Sudah seminggu ini Kyuhyun tak melihat Yuri duduk dibangkunya. Sudah seminggu Yuri tak melihat senyum gadis itu. Gadis itu menghilang tanpa jejak. Membuat Kyuhyun cemas. Kemana gadis itu? Kemana Yuri?

Tak pernah lelah ia menunggu datangnya Yuri kebangku itu. Tapi memang Yuri tak datang. Tak pernah datang. Kyuhyun rindu pada gadis itu. Dia ingin melihat tawa gadis itu. Tawa Yuri. Tawa seorang Kwon Yuri. Tuhan, dimana dia?

Recepsionist! Pasti seorang suster tahu kamarnya. Atau, keadaannya sekarang. Kyuhyun berpikir kalau ada sesuatu yang terjadi pada Yuri. Perasaannya mengatakan kalau Yuri sedang bingung. Yuri bingung. Tapi bingung apa? Apa yang gadis itu bingungkan? Kebingungan itukah yang membuat Yuri tak bisa menemuinya selama seminggu ini?

" Nona Kwon sedang mengalami koma. Seminggu yang lalu, tepat pukul 19.00, penyakit Nona Kwon kambuh. Hidung dan mulutnya mengeluarkan banyak darah." jelas sang suster. Hal ini membuat Kyuhyun menyesal. Pukul 19.00? Itu tepat saat ia baru mengantarkan Yuri pulang. Ah, kenapa dia harus menuruti Yuri yang memintanya untuk berjalan-jalan dipantai!

" Memang apa penyakitnya, sus?" tanya Kyuhyun cemas. Ia ingin menangis rasanya.

" Kanker otak. Stadium akhir." jawab suster. Kyuhyun bagai disambar petir mendengarnya. Kanker Otak? Penyakit itu mematikan. Bulir-bulir air mata mengalir dari pipinya. " Sebenarnya Nona Kwon sudah divonis meninggal 1 bulan lalu. Tapi entah kenapa, Nona Kwon masih bisa bertahan hingga seminggu yang lalu. Bahkan keadaannya semakin membaik. Tapi kami tidak tahu kalau keadaan yang membaik itu ternyata adalah awal dari akhir hidupnya."

Kyuhyun kini menangis. Ia tak peduli berapa banyak orang melihat air matanya. Yang ia ingin adalah bertemu Yuri. Tapi bagaimana? Apa yang harus ia lakukan? Tuhan, tolong! Sekali ini saja.

Tuhan mau menolong. Sampai keesokan harinya, Kyuhyun masih duduk diruang tunggu rumah sakit. Ia ingin tahu kabar Yuri. Kenapa secepat itu Yuri meninggalkannya? Yuri, bangunlah sebentar. Aku ingin melihatmu.

" Tuan Cho. Nona Kwon ingin bertemu. Ia baru saja siuman." kata seorang suster sambil membangunkan Kyuhyun. Kyuhyun langsung menanyakan dimana kamar Yuri. " Dikamar no. 534, Tuan." Kyuhyun segera berlari kekamar Yuri. Ia membuka pintunya dan melihat Yuri tengah menunggunya sambil memegang sebuah surat.

" Yuri?" panggil Kyuhyun. Yuri menoleh. Lalu tersenyum.

" Kyu? Aku rindu padamu, Kyu." ungkap Yuri sambil mendorong kursi rodanya.

" Aku juga rindu padamu, Yuri."

Untuk beberapa saat, mereka terdiam. Sampai akhirnya, Yuri meminta untuk diantarkan ke taman tempat biasanya mereka bertemu. Kyuhyun menurut. Ia membawa Yuri ke taman itu. Yuri tersenyum. Ia mencoba menarik napas sedalam-dalamnya. Seolah itu nafas dia yang terakhir.

" Bawalah ini dan bacalah dirumah." kata Yuri sambil memberikan sebuah surat beramplop pink pada Kyuhyun. " Aku rasa aku sudah tak sanggup lagi, Kyu. Maaf kalau ini menjadi pertemuan terakhir kita." Yuri pun pergi meninggalkan Kyuhyun yang terpaku.

^^

Aku tidak tahu apakah aku masih bisa bertahan hidup saat kau membaca tulisan ini, Kyu. Jujur saja, aku sudah tak kuat menahan rasa sakit ini.

Yuri berusaha menahan sakitnya saat ini. Malam ini ia sungguh sangat tersiksa. Berkali-kali darah keluar dari mulut maupun hidungnya. Sakit. Apalagi kepalanya.

Aku yakin kau sudah tau tentang vonis hidupku. Dan ajaib! Kau membuat keadaanku semakin membaik. Kau bisa membuat aku tersenyum. Kau tahu? Aku tak pernah merasa cantik sampai kau melukiskan aku di kanvas bersihmu.

Yuri memandang lukisan itu. Ia sangat cantik. Tapi, kenapa ia baru menyadarinya? Perlahan-lahan, Yuri berbaring ditempat tidurnya. Mengatakan selamat jalan untuk dirinya sendiri dan tertidur lelap. Untuk selamanya.

Kyu, aku benar-benar tidak kuat. Aku ingin pergi. Tapi aku tak ingin meninggalkanmu. Aku mau selalu ada didekatmu. Aku mau selalu tersenyum untukmu, Kyu. Aku ingin sehat.

Kyuhyun berlari menyusuri jalan yang sudah sepi. Ia ingin segera sampai ke rumah sakit. Ia ingin bertemu sekali lagi dengan Yuri. Ia ingin Yuri.

Kyu, aku benar-benar tidak kuat. Aku ingin mengatakan padamu, aku.. Aku... Saranghae, Kyu.

Kyuhyun langsung menerobos masuk kedalam kamar Yuri yang sudah dipenuhi orang itu. Dan semua menangis. Kyuhyun sudah tahu apa yang terjadi. Ia langsung memeluk Yuri dan menciumi pipinya. Pipinya basah. Air matanya terus keluar. Yuri sudah tiada. Yuri sudah pergi.

" Yuri, Saranghaeyo." bisik Kyuhyun ditelinga Yuri. Ia tahu pesan itu takkan didengar oleh Yuri. Tapi setidaknya, ia sudah mengatakannya pada Yuri. Perlahan, bibir Yuri menyunggingkan senyum. Ia mendengarnya. Dan ia senang.

" Nak Kyu, Yuri titip ini padamu." kata Eomma Yuri sambil memberikan Buku Diary Yuri. Kyuhyun menerimanya.

^^

Setelah pemakan Yuri berakhir, Kyuhyun tetap berada di makam Yuri. Ia mengelus nisan Yuri. Ia rindu pada Yuri. Ia ingin ada Yuri disampingnya. Setelah itu, Kyuhyun pergi kerumah sakit dan duduk ditaman tempat Yuri biasa duduk. Semua masih sama. Hanya saja Yuri tak ada.

Kyuhyun mulai membaca satu-persatu diary Yuri yang tak banyak diisi itu. Tetes air mata membasahi kertas buku diary itu. Hampir sebagian buku itu berisi tentang dia dan Yuri. Ah, semua terasa cepat. Rasanya baru kemarin ia mengenal Nona Kwon itu. Tapi kenapa sekarang semuanya berakhir? Kenapa Nona Kwon itu cepat sekali pergi?

Kyuhyun menangis lebih kencang ketika melihat halaman terakhir. Halaman terakhir itu penuh tetesan darah Yuri. Penuh dengan airmata Yuri. Tulisannya pun tidak serapi pada halaman sebelumnya. Tapi lebih acak-acakan. Mungkinkah saat itu Yuri tak mampu lagi menahan rasa sakitnya?

6 Maret 2011

Hari ini Kyu dan aku pergi jalan-jalan ke pantai. Aku senang sekali. Tapi kenapa Kyu aneh ya? Tiba-tiba dia memelukku. Seperti kami akan berpisah saja.  Tapi tak apa. Aku senang karena aku bisa melihat pantai. Apalagi bersama Kyu.

12 Maret 2011

Aku baru saja bangun dari tidur panjangku selama seminggu. Dan aku merasakan sakit yang luar biasa. Terlebih saat aku menulis surat untuk Kyu. Rasanya semua jari-jariku mau patah. Aku sangat menyayangi Kyu. Aku tak ingin pergi meninggalkan dia. Tapi kenapa aku harus pergi secepat iNi? Aku masih ingin bersama Kyu. Aku hanya ingin bersama Kyu. Bisakah aku bersamanya untuk selamanya? ini tulisan terakhirku ya... Aku bingung mau tulis apa lagi. Aku sudah nggak kuat menulis... Yang jelas, Saranghae, Kyu... <3

Kyuhyun menatap langit. Lalu tersenyum. " Yuri, Saranghaeyo. Aku selalu mencintaimu."

^^

END!!