Jumat, 05 Juli 2013

Quotes ~ Setiap Tempat Punya Cerita : First Time in Beijing


Ah, Finally selesai juga. Setelah kemarin (4 Juli 2013) membelinya dengan penuh pertimbangan antara novel STPC yang lain dengan novel berjudul beberapa negara dan juga beberapa novel lainnya yang sangat menarik hati––mengingat bahwa tidak banyak novel yang kubaca setelah kubeli, akhirnya aku memilih novel ini karena sinopsisnya agak-agak sesuai dengan perasaan hati juga karena didesak ibu yang tidak mau berlama-lama menemaniku di Gramedia. Padahal aku tidak butuh hanya sekedar satu jam saja berada disana. Soalnya, kalau cuma sebentar, aku bisa gila. Stres mau milih buku yang mana. Walaupun sedikit kurang suka dengan jalan cerita yang sama sekali nggak bisa bikin aku nangis, tapi mau nggak mau kukatakan juga kalau banyak pelajaran yang kuambil dari buku ini. Ceritanya pun nggak membosankan sehingga aku mampu bertahan selama beberapa jam dalam hari ini untuk menyelesaikannya. So, chek it out~
 
 A Novel by Riawani Elyta
 "Ini mungkin kebodohan. Saat tinggal selangkah lagi impian itu tergapai dan keajaiban itu kembali hadir, aku justru lari berbalik arah. Tapi kuyakin, tak pernah ada pengorbanan yang sia-sia" -Lisa
"Kehilangan dapat berubah jadi berkah. Hanya saja, aku belum mampu melihatnya. Mungkin nanti, di akhir perjalanan ini." -Lisa
"Banyak orang bilang, merawat bugenvil di halaman rumah itu tidak baik. Bunga itu selalu diidentikan dengan mitos keretakan keluarga. Termasuk perpisahan. Meski ayah dan ibu memutuskan untuk berpisah, tapi aku yakin itu bukan salah bugenvil."
"Aku percaya, impian adalah wujud prasangka manusia kepada Tuhan. Suatu hari nanti, Tuhan akan mendekatkan kita pada impian itu, sepanjang kita pun berusaha keras untuk meraihnya." -Lisa
"Hidup disini memang tidak mudah, tetapi juga tidak sulit, asal kita mau bekerja keras." -Tuan Shan
"Tetapi, hukum rimba berlaku dimanapun. Siapapun yang lebih kuat, dialah yang menjadi magnet."
"Saat pahitnya kenyataan itu mengitariku dari segala arah, aku hanya punya satu pilihan : menjalaninya." -Lisa
"Kalau kamu bisa mengandalkan satu orang untuk mengerjakan semuanya, bukankah itu lebih baik?"
"Tidak ada yang sulit kok, kalau kita mau belajar. Apalagi kalau kita sudah mencintai apa yang kita lakukan, kesulitan seharusnya mendorong kita untuk menaklukannya, bukannya malah membuat kita menyerah." -Daniel
"Keyakinanku dan keinginanmu. Itu sudah cukup. Tinggal lagi bagaimana kamu membuktikan bahwa kamu memang benar-benar ingin belajar."
 "Bagaimanapun, kesetiaan tetap membutuhkan kerikil, bukan? Agar kita tahu, apakah hanya karena satu kerikil itu, bisa menghancurkan kesetiaan yang sudah dipupuk bertahun-tahun." -Tuan Shan
 "Waktu bukan untuk kau sia-siakan untuk sesuatu yang tak kau sukai. Nanti, kamu akan ketinggalan mereka yang berlalri lebih kencang pada jalur yang tepat." -Daniel
"Kupikir, seharusnya sifat yang kontradiktif bisa saling mengisi dan melengkapi. Nyatanya, tak selamanya itu benar." -Lisa
"Belum lama kamu hadir, tapi kenapa rasanya sudah begitu nyaman, untuk sekadar memandang dan mendengarmu?" -Lisa
"Lantas, harus kusebut apa, jika kau telah menjelma lebih dari sekedar yang kubutuhkan?" -Lisa
"Aku tak hendak memikirkanmu, apalagi menginginkanmu. Karena boleh jadi, ini hanyalah harapan semu." -Lisa
"Kau bukan sesuatu yang terlalu muluk. Hanya secercah rasa yang manis, seperti gerimis." -Lisa
"Aku tak ingin bermimpi. Hanya ingin merasakan sejenak diriku dipeluk sesuatu yang telah lama pergi itu. Bahagia yang sederhana." -Lisa
"Kalau sesuatu sudah menjadi rutinitas, apalagi rutinitas yang kita cintai, seberat apapun pasti akan terasa ringan dan kita akan terdorong untuk terus bisa melakukannya lebih baik lagi." -Alex
"Tidak ada pekerjaan yang bisa terselesaikan dengan baik kalau kita sedang sakit. Tak peduli seberapa besar semangatmu untuk mengerjakannya." -Daniel
"Tidak semua lelaki merasa mudah saat harus mengatakan 'wo ai ni, I love you'"
"Siapapun tidak berhak melarang, bukan? Saat kita ingin berbicara dengan orang yang kita...inginkan?"
"Bukan aku, tapi kau. Yang membuat ini jadi terlihat begitu rumit." -Lisa
"Siapapun tahu, every chef has their own recipe."
"Aku tak tahu, harus kusebut apa dorongan hati ini. Sesuatu yang tak terwakilkan oleh sebentuk definisi." -Lisa
"Kesunyian ini begitu hangat, saat ia mulai menelusup, menentramkan gejolak hati." -Lisa
"Mungkin ini salahku, tak mendengarkan suara hati ini saat berada didekatmu." -Lisa
"Semua yang datang kemari hanyalah guoke, tamu yang berlalu."
"Suatu saat nanti, aku juga harus menemukan tempatku berlabuh dan menetap disana untuk selamanya." -Daniel
"Kau tahu, bukan aku yang menyusunnya. Puzzle2 itu seakan bergerak sendirian. Merangkai ikatan mengikuti gerak hati. Lantas, mana kutahu jika akhirnya akan begini?" -Lisa
"Perasaan memang tak bisa dipaksakan, kan? Jadi, ini mungkin hanyalah sebuah kesalahpahaman." -Daniel
"Aku seakan limbung, seakan tak mengenal arah. Ah..., bolehkah kukatakan, betapa ingin aku membencimu?" -Lisa
"Bagaimana aku bisa percaya, kalau semua ini akan baik-baik saja saat rasa hampa itu terus mengepung. Dan semuanya terasa lebih sulit sejak kepergianmu?" -Lisa
"Mengapa justru rasa ini yang kemudian muncul? Rasa yang pernah membuatku menggigil dalam sepi...kehilangan." -Lisa
"Kita akan baik-baik saja, selama kita yakin tentang itu." -Daniel
"Sungguh, kegembiraan ini hanyalah topeng, untuk sebuah kesedihan yang berakumulasi dalam hati." -Lisa
"Waktu memang selalu berputar lebih cepat dari kesadaran kita. Tapi, kamu percaya, kan? Kalau kekuatan cinta, bisa membuat hal-hal tak terduga bisa terjadi dimuka bumi?" -Alex
"Tidak akan lagi kamu temui yang benar-benar gratis dimuka bumi ini. Tidak juga perasaan." -Yu Shiwen
"Mungkin...kami hanya telah menunggu terlalu lama. Hingga waktu jualah yang menjadi pengingatnya." -Daniel
"Kita sudah disini hampir dua jam. Kenapa harus menyerah untuk menunggu sepuluh menit lagi?" -Tuan Shan
"Tuhan, kumohon panjangkan umur ayahku dalam kesehatan agar aku bisa membahagiakannya dan dia juga bisa melihatku bahagia." -Lisa
"Tuhan, kumohon panjangkan usia Tuan Shan, berkahi dia kesehatan agar dia bisa melihat dan memberi kesempatan untukku membahagiakan Lisa, selamanya." -Daniel

Annisa Nendita Hapsari
00.59 / 6 Juli 2013
Jakarta Timur, Klender