Rabu, 13 Maret 2013

It's All About : Nggak Cantiknya Gue Hari Ini

Tadi pagi gue bangun sekitar jam delapan pagi. Gue harus pergi dari rumah sekitar jam setengah sepuluh untuk mengambil KTP baru gue. Wew! Bisa bayangin kan malesnya gue yang seharusnya di hari libur itu gue bisa santai-santai, tidur sampe siang? Tapi tiba-tiba gue harus bangun sepagi itu dan menerima teriakan dari sang nenek sihir. Ups, maybe I'm too over.

So, I woke up and go down to 1st floor. Gue mandi, terus gue sarapan. After that, setelah si nenek sihir juga udah siap, kita pergi ke kelurahan Utan Kayu. Lo semua harus bayangin panasnya tadi pagi. Meskipun itu masih jam setengah sepuluh. Rasanya gue mau mati liat panasnya matahari. Ehem, finally gue bersabar melawan teriknya matahari demi sebuah KTP. Demi sebuah benda yang bahkan nggak lebih penting dari nyawa gue. Oke, gue berlebihan. Gue sadar kalo KTP itu penting.

Sebenernya sih, gue berharap ketemu sama cowok ganteng yang bikin KTP di hari yang sama dengan gue. Otomatis ngambilnya juga hari yang sama dong? But, gue hanya menemukan sekumpulan laki-laki diatas tiga puluh tahun yang lebih pantes disebut pria. Itu kalo kepribadiannya gentle ya, kalo nggak, mungkin dia jenis spesies lain. Hohow~ artinya, gue tidak menemukan sosok si ganteng disana. How patethic, uh!

Setelah dari kelurahan, gue langsung cabut ke rumah Utan Kayu. Sebenernya lebih pantes disebut mantan rumah, karena disana udah nggak tinggal siapapun selain Aki. Kepercayaan Eyang Kakung gue dan keluarga. Tapi sejak Eyang Kakung meninggal, rumah itu di jual. Jadilah semua orang mengurusi tempat itu hingga nanti, pas new ownernya sudah menempati rumah itu. Waktu gue masuk ke rumah itu, yang gue pikirkan hanyalah men-charge iPod gue yang sama sekali nggak gue charge dari tadi malem.

Karena bosan dicuekin, gue masuk ke dalem rumah. Nggak banyak berubah, hanya saja atapnya mulai bolong-bolong. Gue masuk ke kamar eyang Kakung yang nggak dikunci. Seketika suasana horror ditambah dramatis menyelimuti diri gue. Gue kangen sama eyang Kakung gue dan berpikir mungkin saja gue bisa memungut sisa barang beliau yang tertinggal. Atau lebih tepatnya ditinggalkan. Di kamar itu, nggak banyak berubah juga, kecuali dinding triplek pemisah kamar dengan gudang. Well, sebut aja gitu.

Di dindingnya juga masih ada poster naruto berdua sama sasuke zaman dahulu kala. Zaman-zamannya gue sama sepupu-sepupu gue masih suka sama kartun itu. Walaupun sampe sekarang masih tetep suka. Meja belajar eyang Kakung, tempat ngumpetin makanan buat gue, tempat eyang Kakung baca koran kalau malam hari. Disana tergeletak kacamata guede eyang. Mau gue ambil, gue takut nggak sopan. Jadi gue urungkan. Tapi lo boleh tahu kalau sebenernya gue enggan ngambil karena gue males ngegerakin tangan gue. Sejahat itukah, gue? Ya.

Gue balik ke ruang tamu. Eyang Mami, sibuk bikin surat entah apa itu. Terus kita cabut. Lanjut pergi ke RS Mitra buat ngambil uang di ATM. Sebenernya gue agak bingung, kenapa beliau nggak cari atm center aja? Kenapa harus Rumah sakit? Lo tahu? Gue mau pingsan nyium bau Rumah Sakit. Pekat banget cooyyy x(

Setelah dari RS Mitra, kita langsung ke Yayasan Kamboja. Buat bayar Iuran makamnya eyang Uyut Putri. Sepanjang perjalanan gue sibuk memikirkan tentang bagaimana kalau gue ketemu sama cowok ganteng di yayasan itu? Secara hari ini gue tampil seadanya. Rambut nggak nyisir dan muka juga nggak dibedakin. Polos, kayak gembel nyasar di angkot. Tapi untungnya gue langsung mikir, emag bakalan ada cowok ganteng kayak apa yang mampir ke yayasan Kamboja? Buat ngurusin matinya siapa? Zaman gini, mana ada anak muda yang sukarela ngurusin kuburan neneknya? Kecuali gue sih. Hoho~

So, sesampainya disana, gue bernapas lega. Nggak ada cowok ganteng. Adanya cowok umur empat puluh tahun. Kerja disana. Banyak. Menunggu beberapa menit, akhirnya selesai. Gue berpikir, 'YEAY! GUE AKAN CEPAT PULANG!' tapi angkotnya lama. Gue semakin kucel, semakin mirip gembel. Keringet udah kayak kuli bangunan, banyak. Kerah baju melorot ke belakang, pantes banget dibilang anak SMP bongsor yang nggak punya payudara di dalam balutan busana anak SMA. Padahal itu cuma kaos panjang yang gede.

Finally, angkot pun datang. Gue masuk dan, eungh! kenapa cowok gantengnya ada disini? Disamping gue? Dengan aroma parfum yang gue nggak kenal, tapi bener-bener wow banget. Gue tengok, kepalanya agak botak, tapi nggak plontos. Ada kumis jarang di atas bibir. Putih dan senyumnya manis. Gue langsung menyesali penampilan gue. Kumel abis! parah, gembel aja lewat sama dandanan gue.

Selama beberapa menit itu, gue nyium aroma parfumnya yang cowok banget. Dia ngobrol soal kuliah sama temennya. Well, dia kelas tiga SMA. Pas dia turun, aroma parfumnya membekas. Gue terlena. Gue nggak berharap bisa ketemu lagi sih sama dia. Karena itu jelas impossible banget lah ya. Gue Klender, dia daerah Kalibata gitu. Oh damn, tapi gue bener-bener pengen ketemu lagiii >_< Gue pengen liat dia sekali lagi.

Tapi gue sadar kok, pertemuan kita cuma sebatas angkot dan hanya berdurasi beberapa detik. So, gue mulai melupakan pertemuan di angkot itu...

Annisa Nendita Hapsari
Jakarta,
13 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar